Saturday, January 7, 2017

Filled Under:

Di Balik Mendunianya "Om Telolet Om"

Di Balik Mendunianya "Om Telolet Om"
Fenomena dunia maya bergerak sangat dinamis terus-menerus membangun budaya interaksi baru antar manusia. Berawal dari aktivitas sederhana sekelompok komunitas pecinta bus yang sangat menggemari bunyi khas klakson bus besar antar propinsi di jalur pantura, meme fenomenal “om telolet om” merebak secara viral di dunia maya hingga konon diklaim mendunia, menjadi alat komunikasi baru semua lapisan massa nitizen, bahkan para birokrat, politisi, entertainer, dan pelaku dunia maya terpengaruh daya pikat ungkapan sederhana namun unik tersebut.

Klaim asal mula ungkapan meme “om telolet om” pun bermunculan. Versi komunitas daerah yang menginisiasi meme tersebut sekitar 6 tahun yang lalu dari kelompok anak-anak di Jawa Timur berkembang ke Jawa Tengah, Jogjakarta dan akhirnya ke Jakarta.

Perusahaan bus yang mengklaim memulai paling awal 10 tahun lalu yang menggunakan klakson jenis ini adalah PO Bus “Efisiensi” dan versi jalur bus antar propinsi yang dinilai menjadi awal berkembangnya merujuk pada jalur pantura. Sedangkan booming viral meme ini dimulai dari linimasa “twitter” dimana public figure berkontribusi besar mempopulerkannya akibat influence ketokohannya yang sangat luas.

Tak kurang, public figure dunia seperti DJ kelas dunia dari Belanda, Perancis dan Jerman bahkan para olahragawan turut terlibat menyebarkan meme tersebut, demikian halnya dengan politisi dan birokrat dalam negeri yang tidak kalah lantang menyuarakan meme “om telolet om”.

Sebuah ungkapan sederhana yang paling pas menggambarkan fenomena ini menegaskan, “masih banyak orang Indonesia bahkan dunia yang mencari bahagia dengan cara yang sangat sederhana”.

Banyaknya orang yang mengungkapkan dan terbawa fenomena ini paling tidak di alam bawah sadarnya ingin menegaskan bahagia itu tidak melulu soal materi, tidak juga harus sesuatu yang dinilai atau diekspresikan dengan ungkapan yang “wah”, cukup dengan sesuatu yang sederhana, bahkan sesuatu yang sesungguhnya bernilai recehan.

Meme “om telolet om” saat ini telah jauh bermetamorfosis dari sekedar hobi kesenangan mencari kepuasan mendengar bunyi unik atau khas dari klakson bus, seketika menjadi viral di dunia maya, berubah menjadi simbol komunikasi penyampai pesan untuk menyederhanakan ekspresi perasaan, meski maknanya seringkali masih subyektif.

Nitizen yang sedang mengomentari foto cantik dengan sederhana menulis komentar “om telolet om”. Politisi yang ingin menyindir lembaga survey tertentu yang dinilai tidak kredibel juga mengungkapkannya dengan meme “om telolet om”.

Nitizen yang tidak mau terlibat dengan diskusi yang dinilai tidak bermanfaat, berbelit-belit, saling membenci dan mencaci juga dengan mudah bertanya “sudahkan hari ini kita om telolet om”. Meme ini juga dimanfaatkan sebagai simbol komunikasi untuk mengungkapkan sindiran kepada seseorang ataupun sekelompok orang yang tidak sejalan dengan pemikirannya, atau sekedar mengungkapkan ketidaksetujuan atau ketidaknyamanannya.

Di dunia nyata, birokrat menanggapi fenomena meme “om telolet om” sesuai dengan sudut pandang atau perspektifnya. Sempat Kemenhub melarang bus membunyikan klakson khas tersebut, kemudian dibolehkan dengan syarat tetap mengutamakan keselamatan penumpang, bahkan terakhir kali Kemenhub berniat membuat kontes klakson “om telolet om”.

Seorang pejabat kepolisian daerah pun tidak ketinggalan bersuara, apabila bunyi klakson tersebut dinilai menganggu dan melampaui ketentuan yang ditetapkan dalam UU Lalu Lintas maka akan ditindak sesuai dengan hukum.

Politisi peserta pilkada, seperti Pilkada DKI Jakarta pun tidak mau terlewatkan ikut meramaikan fenomena ini. Pasangan Anies-Sandi membuat video satir dan bahkan sempat menyindir ‘lembaga survey” yang dinilai tidak sesuai dengan realitas di lapangan. Ahok juga tidak mau ketinggalan turut berkomentar. Ketua KPI pun berkomentar dengan fokus menyangkut keselamatan anak-anak di jalan raya.

Singkat cerita, meme “om telolet om” telah membangun simbol kamunikasi sosial semua lapisan komunitas dan kepentingan, membangun konstruksi budaya sosial baru di dunia maya dan dunia nyata terlepas akan menjadi simbol komunikasi permanen atau sebaliknya sekedar temporer.

Kesederhanaan ungkapannya mengekspresikan perasaan yang menggembirakan, jauh dari kejumudan, mudah, murah, meriah, lepas, bebas, tanpa beban, tanpa jaim atau jaga image, tidak harus njlimet, bahkan dirasa mampu meletupkan ekspresi untuk melepaskan perasaan dari segala situasi yang penuh keluh kesah, keruh, lusuh, gaduh, frustasi dan seterusnya.

Meme ini dimanfaatkan untuk mengekspresikan ungkapan positif sekedar untuk bahagia secara sederhana, ataupun sebaliknya menyampaikan pesan negatif dengan cara yang paling sederhana. Konsekuensinya, interpretasi makna meme ini masih sangat subyektif, akan tetapi dapat dipahami oleh sebagian orang yang terlibat dalam komunikasi dan diskusi.

Hikmah pentingnya membuktikan ternyata kebanyakan orang menginginkan dan mencoba mencari kebahagiaan dengan cara yang paling sederhana dan tidak membebani, mengekspresikan perasaannya dengan melalui saluran sederhana, menerima pesan dengan ungkapan sederhana, berbagi dengan cara yang paling sederhana dan menanggapi orang lain dengan metode yang paling sederhana.

Kesederhanaan dalam bertutur kata dan tidak berlebihan, kesederhanaan dalam berperilaku dan bertindak secara tidak sadar tetap diakui sebagai bagian paling penting dalam mencapai kebahagiaan. Akhir kata, berbahagialah dalam kesederhanaan, karena di dalam kesederhanaan yang penuh kesadaran akan hilang ketakutan dan kekhawatiran.

Selamat memasuki tahun baru 2017, semoga ke depannya kita menjadi orang yang mampu menyederhanakan masalah bukan mempersulit dan memperumit masalah. Semoga bangsa dan negara kita semakin mampu mengatasi masalah dengan berbekal kesederhanaan sifat, sikap dan perilaku masyarakat dan birokrasinya, serta menggunakan seluruh metode yang mampu merubah setiap kerumitan masalah menjadi sederhana untuk diselesaikan.

Penulis:

Brigjen Pol Dr. Bambang Usadi MM

Karobankum Divkum Polri

http://news.rakyatku.com/

0 comments:

Post a Comment

Copyright @ 2013 Zona Islamiyah.